BIOGRAFI
GITA WIRJAWAN
Gita Wirjawan, kelahiran Jakarta, 21
September 1965, saat ini berusia 48 tahun. Nama lengkapnya Gita Irawan Wirjawan,
putra dari pasangan almarhum Wirjawan Djojosoegito dan Paula Warokka Wirjawan, almarhum ayahnya seorang profesor kedokteran di Jogja. Garis keturunan Gita berasal dari keluarga
santri, ningrat dan terdidik. Kakek Gita Wirjawan, Raden Ngabehi Hadji
Minhadjurrahman Djojosoegito adalah ketua Muhammadiyah Cabang Purwokerto yang memiliki
hubungan kekerabatan dengan KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur melalui isteri
Rois Akbar yakni Mbah Hasyim Putri dan pendiri Nahdatul Ulama KH. Hasyim
Ashari, leluhur Gita Wirjawan memiliki genitas dari keturunan pendiri Nahdatul
Ulama sebuah organisasi keislaman terbesar di Indonesia, namun juga aktif dalam
pergerakan organisasi keislaman lainnya yakni muhammadiyah, disisi yang lain ibunya Gita berasal dari daerah Remboken
Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Keluarga
Djojosoegito merupakan keluarga santri akan tetapi banyak melahirkan
tokoh-tokoh intelektual. Sosok Gita
Wirjawan dapat dikatakan tokoh pemersatu dari kemajemukan bangsa Indonesia,
ditengah krisis intoleransi dalam menyikapi perbedaan di bumi pertiwi. Ketika pada usia 13 tahun Gita mengikuti
orang tuanya, yang ditugasi ke Bangladesh sebagai wakil pemerintah Indonesia di
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dari Bangladesh, keluarga Wirjawan pindah lagi ke
India tiga tahun berikutnya.
Gita memiliki darah seniman,
karena sejak kecil telah mulai memainkan alat musik. Sang ayah memintanya
belajar piano klasik. Awalnya Gita tidak tertarik, tapi karena bakat seni
mengalir di dalam darahnya, maka secara alami kegemaran akan instrumen musik
menjadi dinikmatinya. Pada akhirnya Gita cakap sekali bermain gitar, biola,
saksofon, hingga siter alat petik dalam musik Jawa. Dari semua alat musik yang
bisa ia mainkan, gitar melodi adalah favoritnya. Gita sangat mahir bermain musik, waktunya dihabiskan
dengan banyak menekuni mata pelajaran musik dan olahraga. Hingga kuliah di
Berkeley, Amerika Serikat, ia mengambil matematika dan musik sebagai mata
pelajaran utama. Pada tahun keempat di
masa perkuliahan, ibunda Gita, khawatir dengan mata kuliah yang menjurus
kealiran musik, kekhawatiran tersebut disebabkan bahwa lulusan sekolah musik
tidak akan membuat anaknya mendapatkan pekerjaan yang layak. Sedemikian
multitalentanya sosok Gita, maka pada tahun 1992, sekolahnya dialihkan ke mata
kuliah administrasi bisnis, yang dia kebut dua tahun sampai menggondol gelar
sarjana administrasi bisnis dari Kennedy School of Government, Harvard
University, Amerika Serikat. Setelah lulus, ia
berkarier sebagai seorang bankir di Citibank.
Pada tanggal 17 April 1993,
Gita Wirjawan menikah dengan Yasmin Stamboel, cucu pahlawan nasional Otto
Iskandar Dinata, dari hasil pernikahannya Gita dikarunia 3 (tiga) orang anak
yakni Gian Putra Wirjawan, Gibran Putra Wirjawan dan Gia Putri Wirjawan.
Pada kurun waktu tahun 1999
sampai dengan tahun 2000, Gita berhasil menamatkan kuliah pasca sarjananya
di Harvard, lalu bekerja di Goldman Sachs Singapura hingga tahun 2004. Goldman
Sachs adalah sebuah bank yang didirikan oleh Marcus Goldman. Pada tahun 2005 ia
pindah bekerja ke ST Telekomunikasi, Singapura. Di perusahaan tersebut, ia
bekerja selama kurang lebih satu tahun sebelum akhirnya berlabuh ke JP Morgan
Indonesia. Dalam tugasnya sebagai Presiden
direktur JP Morgan Indonesia, Gita menganalisis akan terjadinya resesi ekonomi
di Amerika, yang pengaruhnya akan meluas ke seluruh dunia. Ia berusaha
memberitahukan analisisnya tersebut kepada pemerintah, ekonom, serta kalangan
pengusaha, namun tidak ada pihak yang mempercayainya, atas dasar estimasi
tersebut, maka ia mendesign dengan mendirikan perusahaan investasi dengan mempersiapkan
dan mengumpulkan dana untuk membeli saham-saham perusahaan yang diperkirakan
akan jatuh terimbas krisis global nantinya.
Tahun 2008, Gita mewujudkan ambisinya untuk mundur dari JP Morgan dan
mendirikan Ancora Capital. Perusahaan barunya ini berfokus pada investasi di
sektor energi dan sumber daya alam. Ketegasannya dalam mengorganisir Ancora berbuah
manis ketika hanya dalam hitungan bulan, perusahaan ini mengambil alih sebagian
saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk, PT Bumi Resources Tbk, PT Multi Nitrat
Kimia, beberapa perusahaan properti di Jakarta, dan sebuah perusahaan properti
di Bali. Ancora Capital telah berhasil
menghimpun dana investasi (private equity fund) dari para investor asal Timur
Tengah, Malaysia, dan Brunei yang mencapai 300 juta dollar AS. Private equity
fund yang dibentuk Ancora Capital ini merupakan private equity fund pertama
yang didirikan dan memenuhi ketentuan syariah (sharia-compliant private equity
fund).
Perjalanan karier
Gita semakin meroket, Pada 11 November 2009, Gita bergabung dengan Kabinet
Indonesia Bersatu jilid II sebagai Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal
(BKPM). Gita sukses membuktikan kepemimpinannya dengan meningkatnya realisasi
investasi, dengan keberhasilannya menggandeng investor asing untuk menanamkan
modalnya di negeri ini. Atas dasar kesuksesannya meningkatan iklim
investasi secara signifikan di Indonesia, Selanjutnya pada tahun 2011, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono memposisikan Gita sebagai Menteri Perdagangan. Ketegasan
Visi yang dimiliknya membuat Gita menerapkan kebijakan terkait produk-produk
impor secara jelas, yakni kebijakan impor adalah kebijakan yang tidak serta
merta menyebabkan ketergantungan dan perdagangan adalah fokus yang harus
dikerjakannya demi kesejahteraan rakyat. Meski telah disibukkan oleh aktivitas
pemerintahan dan bisnis yang begitu padat, Gita tetap meluangkan waktu untuk
bermain musik dan golf yang sangat digemarinya. Gita menyenangi musik klasik, demi menunjang kegemarannya bermain musik
maka ia mendirikan Omega Pacific Production. Selain memproduksi album jazz,
Gita mengeluarkan album pop, seperti Tompi, Bali Lounge II, dan album Dewi
Lestari. Gita
juga mendirikan Ancora Golf, sebuah sekolah golf untuk mencetak para pegolf
muda berbakat dengan fasilitas dan biaya hidup yang ditanggung oleh dirinya.
Kepedulian Gita terhadap pendidikan
salah satunya terwujud dengan mendirikan Ancora Foundation, sebuah yayasan yang
bergerak di bidang kemanusiaan khususnya pendidikan. mendirikan Ancora
Foundation memfokuskan diri pada donasi pendidikan untuk pemuda Indonesia
dengan membuat beberapa program beasiswa untuk bersekolah di beberapa
universitas ternama di dalam dan luar negeri.
Orang tua Gita Wirjawan tentunya
sangat berbangga, karena telah berhasil melahirkan keturunan yang brilian,
saudara Gita Wirjawan lainnya, Dian Budiman Wirjawan adalah mantan Direktur
Utama PT. Danareksa, Wibowo Suseno Wirjawan seorang direktur utama PT. Terminal
Peti Kemas Koja dan mantan direktur utama PT. Jakarta International Container
Terminal, serta Rianto Ahmadi Djojosoegito yang kini menjabat sebagai wakil
presiden PT Alianz Life Indonesia.
Dalam suksesi kepemimpinan nasional di
tahun 2014 ini, Gita berkeinginan untuk menunjukkan potensi dan kapasitasnya
menjadi calon Presiden Republik Indonesia.
Sesuai aturan main di Republik ini, maka secara konstitusional calon
presiden harus melalui jalur partai politik, demi memuluskan cita-citanya, maka
dalam konvensi Partai Demokrat, Gita termasuk dari beberapa peserta yang mengikuti
konvensi sebagai calon Presiden dari Partai Demokrat. Gita memiliki pandangan bahwa pemimpin yang
dibutuhkan Indonesia saat ini adalah sosok pemimpin yang bisa membawa
kesejahteraan rakyat Indonesia di tengah pusaran demokratisasi dan pluralisasi,
ketika saat ini rakyat Indonesia berjumlah 250 juta maka sepantasnya sejumlah
tersebut bukan hanya untuk memilih pemimpin namun bisa juga untuk dipilih
sebagai pemimpin, karena semakin banyak yang layak menjadi pemimpin maka sebuah
indikator majunya peradaban bangsa dan menunjukkan semangat demokrasi makin
terpatri di jiwa bangsa Indonesia.
Kerangka berpikir Gita tentang pemimpin
Indonesia, seharusnya memiliki khasanah untuk mengapresiasi kearifan lokal
menuju modernitas internasional, mengorbitkan Indonesia sebagai negara yang
dapat menjembatani dua negara yang saat ini menjadi pilar ekonomi terbesar di
dunia yakni Amerika Serikat dan China, menjadi defisit soft of power diantara
negara-negara barat dan negara-negara Timur Tengah, dengan profesionalisme
dapat mengintegrasi ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan ekonomi demi sebuah
political order semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gita Wirjawan memiliki strategi dalam menuju
Indonesia jaya melalui catur moksa (empat cara keluar dari jurang keterpurukan
bangsa) yakni 1) Penguatan
dan pemerataan ekonomi demi kedaulatan perekonomian bangsa; 2) Reformasi di
bidang politik, hukum dan strategi pemberantasan korupsi; 3) Peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi demi menjawab kebutuhan secara umum dan tantangan dunia
kerja; 4) serta Memperbaiki dan memelihara kemajemukan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar