Translate

Minggu, 13 April 2014

KOMUNISME DAN DEMOKRASI


KOMUNISME DAN ISTILAH DEMOKRASI

DALAM TERMINOLOGI KOMUNIS


Seperti telah dijelaskan di atas, maka demokrasi didukung oleh sebagian besar negara di dunia. Akan tetapi perlu didasari pula bahwa disamping demokrasi konstitusionil beserta bermacam – macam variasinya, telah timbul pada akhir abad ke- 19 suatu idiologi yang juga mengembangkan suatu konsep demokrasi yang dalam banyak hal linea recte bertentangan dengan azas – azas pokok dari demokrasi konstitusionil. Demokrasi dalam arti dipakai misalnya dalam istilah – istilah demokrasi proletar dan demokrasi soviet ( seperti yang dipakai di Uni Soviet ), atau dalam istilah demokrasi rakyat ( yang antara lain yang di pakai di negara – negara Eropa Timur sesudah berakhirnya perang dunia II ). Dan akhir – akhir ini, dalam dekade lima puluhan telah timbul istilah demokrasi nasional yang khususnya dipakai dalam hubungan negara – negara baru di Asia dan Afrika.

Semua istilah demokrasi ini berlandaskan aliran pikiran komunisme atau Marxisme – Leninisme ( ajaran Marx seperti yang ditafsirkan oleh lenin ). Oleh golongan – golongan yang mendukung demokrasi konstitusionil, antara lain Internasional Commission of Jurists, suatu badan Internasional, demokrasi ini dianggap tidak demokratis.1 Bagi kita, yang dalam masa demokrasi terpimpin hampir terjebak oleh slogan – slogan yang dicetuskan oleh PKI, adan baiknya kalau kita meneropong dengan agak mendalam perbagai istilah demokrasi yang dipakai dalam dunia komunis, mengingat ketetapan MPRS No. XXV / 1966 bahwa mempelajari faham komunisme / Marxisme – Leninisme dalam rangka mengamankan pancasila dan secara ilmiah, seperti pada universitas – universitas dapat dilakukan secara terpimpin.

 Ajaran Karl Marx

Pada permulan abad ke – 19 keadaan kaum buruh di Eropa Barat sangat menyedihkan. Kemajuan industri secara pesat telah menimbulkan keadaan sosial yangsangat merugikan kaum buruh, seperti misalnya upah rendah, jam kerja yang panjang, tenaga wanita dan anak yang disalahgunakan sebagai tenaga murah, keadaan dalam pabrik – pabrik yang membahayakan dan mengganggu kesehatan.

Keadaan buruk ini menggugah hati orang banyak antara lain cendikiawan – cendikiawan seperti Robert Owen di Inggris ( 1771 – 1858 ), Saint Simon          ( 1760 – 1825 ) dan Fourier ( 1772 – 1837 ) di perancis untuk memcoba memperbaikinya. Orang – orangini terdorong oleh perasaan peri – kemanusiaan, tampa disertaindakan – tindakan maupun konsepsi yang nyata mengenai tujuan dan strategi dari perbaikan itu, sehingga oleh orang lain teori – teori mereka dianggap angan – angan belaka. Karena itu mereka lalu disebut kaum Sosialis Utopi ( Utopi dunia khayalan ).

Karl Marx ( 1818 – 1883 ) dari jerman juga banyak mengecam keadaan ekonomi dan sosial kelilingnya, akan tetapi dia berpendapat bahwa masyarakat tidak dapat diperbaiki secara tambal – sulam dan harus diubah secara radikal melalui pendobrakan sendiri – sendirinya. Untuk keperluan itu ia menyusun suatu teori sosial yang menurut dia didasari hukum ilmiah dan karena itu pasti akan terlaksana. Untuk membedakan ajarannya dari gagasan – gagasan Sosialis Utopi ia menamakan ajarannya Sosialisme Ilmiah ( Scientific Sicialism ).

Sejak masa mahasiswanya Marx melakukan kegiatan politik yang dianggap radikal. Sesudah diusir dari jerman dia menetap di London. Dengan bekerjasama dengan Friedrich Engels ia menerbitkan bermacam – macam karangan, di antaranya yang paling terkenal ialah Maniferto Komunis dan Das Kavital. Tulisan – tulisannya mencakup hampir semua segi kehidupan masyarakat, akan tetapi dalam buku ini hanya akan dibahas ajarannya mengenai Materialisme Dialektis, Materialisme Historis, serta pandangannya mengenai negara dan demokrasi.

Dalam mengusun teori mengenai perkembangan mesyarakat ia sangat tertarik oleh gagasan filsuf Jerman George Hegel ( 1770 – 1831 ) mengenai dialektik. Filsafat Heger dimamfaatkan oleh Marx bukan untuk menjadi seorang filsul sendiri, tetapi untuk mengubah masyarakat secara radial. Katanya : ’’ semua filsafat hanya menganalisa masyarakat, tetapi masalah sebenarnya ialah bagaimana mengubahnya ’’.

Banayak dari teori serta ramalan Marx telah dibuktikan ketidak benarannya secara ilmiah, dan dalam dunia ilmiah hanya merupakan salah satu dari sekian banyak teori sosial yang telah timbul dalam sejarah perkembangan teori – teori sosial lainnya. Akantetapai tidak dapat disangkan bahwa segabai ideologi gagasan – gagasannya sampai pada masa ini masih banyak pengaruhnya dan dunia Barat malahan mengalami perkembangan baru dengan nama ’’ New Left ’’.

Hegel, seorang guru – besar filsafat pada Universitas Berlin merupakan tokoh dari mazhab yang dinamakan Idealisme. Ia menganalisa bagaimana panca – indra manusia yang terbatas kemampuannya berusaha untuk menangkap kebenaran ( truth ). Ia berpendapat bahwa apa yang dianggap oleh manusia sebagai kebenaran sebenarnya hanya merupakan sebagian saja dari kebenaran itu. Kebenaran dalam keseluruhannya hanya dapat ditangkap oleh pikiran manusia , melalui proses dialektik ( proses dari thesis, melalui antithesis menuju ke synthesis, kemudian mulai lagi dari permulaan dan begitu seterusnya 0 sampai kebenaran yang sempurna tertangkap. Sekali kebenaran yang menyeluruh itu yang dinamakan Idee Mutlak ( Absolute Idea ) tertangkap, sekaligus gerakan dialektis berakhir.

Dalam menjelaskan proses dialektik Hegel mengatakan bahwa proses ini dilandasi oleh dua gagasan; pertama, gagasan bahwa semua berkembang terus - menerus berubah; kedua, gagasan bahwa semua mempunyai hubungan satu sama lain. Misalnya saja, suatu konsep A yang dianggap sebagai kebenaran pada hakekatnya mengandung unsur – unsur yang benar, akan tetapi juga unsur – unsur yang tak benar. Agar supaya pikiran manusia dapat menangkap konsep yang lebih dekat kepada kebenaran yang sempurna, maka konsep A harus dihadapkan dengan konsep B. Konsep B merupakan kebalikan dari konsep A sekalipun telah lahir dari konsep A sendiri. Dari hasil konfrontasi antara konsep A dari konsep B timbullah konsep C yang menamakan synthesis dan merupakan hasil dari pergumulan antara thesis ( konsep A ) dan antithesis ( konsep B ). Proses thesis, antithesis, synthesis, dinamakan gerak yang berdasarkan hukum dialektik.

Oleh karena semua bergerak dan berubah maka ynthesis lambat laun barubah menjadi thesis dan proses dialektik mulai lagi dari permulaan. Setiap kali synthesis baru tertangkap oleh pikiran manusia, ia berada dalam tarap yang lebih tinggi dan libih lengkap unsur kebenarannya . prorse ini terus berlangsung dalam pikiran manusia, sampai pada suatu ketika tercapai synthesis yang paling tinggi dan paling sepurna unsur kebenarannya. Pada saat itulah pikiran manusia telah berhasil menangkap kebenaran seluruhnya yang oleh Hegel dinamakan Idee Mutlak. jadi, boleh di katakan bahwa dialektik adalah gerak maju dari taraf  rendah ke taraf yang lebih tinggi denga suatu irama pertentangan dan persatuan. Dengan perkataan lain, dialektik mencakup suatu polaulangan dari antagonisme yang disusul oleh penyesuaian.

Marx tertarik oleh gagasan dialektik seperti dibentangkan oleh Hegel, karena di dalamnya terdapat unsur kemajuan melalui konflik dan pertentangan. Dan unsur inilah yang dia perlukan untuk menyusun teorinya mengenai perkembangan masyarakat melalui revolusi. Untuk melandasi teori sosial, maka dia merumuskan dulu teori mengenai materialisme dialektik ( dialectical matealism ), kemudian konsep – konsep itu dipakainya untuk menganalisa sejarah perkembangan masyarakat yang dinamakanya materialisme historis ( historiscal materialism ). Atas dasar analisa terakhir ia sampai kepada kesimpulan bahwa menurut hukum ilmiah dunia kapitalis akan mengalami revolusi ( yang olehnya di sebut revolusi proletar ) yang akan menghancurkan sendi – sendi masyarakat itu, dan akan meratakan jalan untuk timbulnya masyarakat komunis.

Materialisme dialektis. Dari ajaran Hegel Marx mengambil dua unsur, yaitu gagasan mengenai terjadinya pertentangan antara segi – segi yang berlawanan, dan kedua gagasan bahwa semua berkembang terus. Dalam pada itu Marx menolak azas pokok dari aliran Idealisme bahwa hukum dialektik hanya berlaku di dalam dunia yang abstrak, yaitu dalam pikiran manusia. Marx melandaskan bahwa hukum dialektik terjadi dalam dunia kebendaan ( dunia materi ) dan sesuai denagn pandangan itu, menamakan ajarannya Materialisme. Selanjutnya dia berpendapat bahwa setiap benda atau keadaan ( phenomenon ) dalam tumbuhnya sendiri menimbulkan segi – segi yang berlawanan ( opposites ). Segi – segi yang berlawanan, bertentangan satu sama lain; dan ini dinamakan kontradiksi. Dari pergumulan ini akhirnya timbul semacam keseimbangan; di katakan bahwa benda atau keadana telah dinegasikan.

Sesuai denagn hukum dialektik, gerak ini terus terjadi sehingga setiap kali ditimbulkan suatu negasi yang lebih baru. Setiap negasi dianggap sebagai kemenangan dari yang baru atas yang lama, suatu kemenangan yang dihasilakan oleh kontradiksi – kontradiksi dalam tubuhnya sendiri. Jadi, setip obyek dan phenomenon melahirkan benih – benih untuk menghancurkan diri sendiri, untuk melanjutkannya diubah menjadi sesuatu yang lebih tinggi mutunya. Negasi dianggap sebagai penghancuran dari yang lama, sebagai hasil dari perkembangan sendiri yang diakibatkan oleh kontradiksi – kontradiksi intern. Jadi, setiap phenomenon bergerak dari taraf yang rendah ke taraf yang lebih tinggi, bergerak dari keadaan yang sederhana ke arah yang lebih kompleks. Gerak ini terjadi dengan melompat – melompat melalui gerak spiral keatas dan tidak melalui garak lurus ke atas. Dengan tercapainya negasi yang tertinggi, maka selesailah perkembangan dialektis.

Materialisme histori. Pokok – pokok materialisme dialektis di pakai oleh Marx untuk menganalisa masyarakat mulai dari permulaan jaman sampai masyarakat dimana Marx berada. Maka dari itu, teori ini disebut materialisme historis ( historical materialisme ). Dan oleh karena materi oleh Marx diartikan sebagai keadaan ekonomi, maka teori Marx juga sering disebut ’’ analisa ekonomis terdapat sejarah ’’ ( economic interpretation of histiry ). Dalam menjelaskan teorinya Marx menekankan bahwa sejarah ( yang dimaksud hanyalah sejarah barat ) menunjukkan bahwa masyarakat zaman lampau telah berkembang menurut hukum – hukum dialektis ( yaitu maju malalui pergolakan yang disebabkan oleh kontradiksi – kontradiksi intren melalui sesuatu gerak spiral ke atas ) sampai menjadi masyarakat di mana Marx berada.

Menurut Marx perkembangan dialektis terjadi lebih dahulu dalam basis (struktur bawah) dari masyarakat,yang kemudian menggerakan struktur atasnya. Basis dari masyarakat bersifat ekonomis dan terdiri dari dua aspek yaitu cara berproduksi ( misalnya teknik dan alat – alat ) dan hubungan ekonomi ( misalnya sistim hak milik, pertukaran dan distribusi barang). Di atas basis ekonomi berkembanglah struktur atas yang terdiri dari kebudayaan, ilmu pengetahuan, konsep – konsep hukum, kesenian, agama dan yang dinamakan idiologi. Perubahan sosial – politik dalam masyarakat di sebabkan oleh perubaha dalam basis ekonomi yakni prtentangan atau kontradiksi dalam kepentingan – kepentingan terhadap tenaga – tenaga produktif, sedangkan lokomotif dari perkembangan masyarakat adalah pertentangan antara kelas sosial.

Berdasarkan hukum dialektik, masyarakat telah berkembang melalui beberapa tarap, sehingga akhirnya dia berkembang menjadi masyarakat kapitalis dimana Marx berada. Gerak dialektis ini melai pada saat komune premitif berkembang dari suatu masyarakat yang tidak mengenal milik pribadi dan tidak mengenal kelas, menjadi masyarakat yang mulai mengenal milik pribadi serta pembagian kerja, dan karena itu mengenal pula pembagian dalam kelas – kelas sosial. Jadi, masyarakat yang semula bersifat komune premitif pada suatu ketika menjadi masyarakat berkelas, dan pada saat itulah gerak dialektis mulai. Gerak ini disebabkan oleh pertentangan antara dua kelas utama didalam masyarakat. Dalam masyarakat berkelas pertama yaitu masyarakat budak terjadi pertentangan antara kelas budak dan kelas pemililk budak. Masyarakat budak secara dialektis berubah menjadi masyarakat feodal yang pada gilirannya pula, terdorong oleh pertentangan antara kelas pemilik tanah dan kelas penggarap tanah – pertentangan mana dimenangkan oleh burjuasi – berubah menjadi masyarakat kapitalis. Menurut teori sosiala ini, maka masyarakat kafitalis, terdorong oleh pertentangan antara kaum kafitalis dan kaum proletar, akan berubah – sebagai gerak dialektis terakhir menjadi masyarakat komuis.

Perkembangan ini menurut Marx adalah tidak terelakan,karena sudh berupa hukum sosial. Dalam usaha mencapai masyarakat komunis, kaum proletar akan memainkan peranan penting, mereka merebut kekuasaan dari tangan kafitalis, mengambil alih segala alat produksi dan melalui tahap transisi yang dinamakan diktatur proletariat akhirnya akan tercapai masyarakat komunis. Mengenai diktatur proletarit dikatakan oleh Marx : ’’ antara masyarakat kafitalis dan masyarakat komunis terdapat suatu masa peralihan dalam mana terjadi tranfomasi secara revolusioner dari masysrakat kafitalis menjadi masyarakat komunis. Ini sesuai dengan adanya masa peralihan politik dalam mana negara merupakan tak lain tak bukan diktatur revolusioner dari kaum ploletar’’ ( Bettwen capitalist and cumunist society lies the period of the revolutionary transformation of the one into the other. There corresponds to this also a political trasition period in which the state can be noting but the revolutionary dictatorship of the proletariat ). 2  menurut Marx pertarungan antara kaum kapitalis melawan kaum proletar akan merupakan pertentangan kelas yang terakhir dan dengan demikian akan berakhirlah gerak dialektis.

Masyarakat komunis yang dicita-citakan Marx merupakan masyarakat di mana tidak ada kelas sosial (classess society) di mana manusia dibebaskan dari keterikatan kepada milik pribadi dan di mana tidak ada eksploitasi, penindasan dan paksaan. Akan tetapi yang merupakan hal yang aneh ialah bahwa, untuk mencapai masyarakat yang bebas dari paksaan itu, perlu melalui jalan paksaan serta kekerasan, yaitu dengan perebutan kekuasaan oleh kaum buruh dari kaum kapitalis. Dikatakan oleh Marx ”Kekerasan adalah bidan dari setiap masyarakat lama yang sedang hamil tua dengan masyarakat baru” (Force is the midwife of every old society pregnant with a new one).

Tulisan Marx banyak sekali menarik perhatian, akan tetapi ternyata tafsirannya berbeda-beda. Di antara pendukangnya terdapat orang-orang seperti Eduard Bernstein (1850-1938), yang pada umumnya menerima analisa Marx, tetapi pada berpendapat bahwa tujuannya dapat dicapai tanpa revolusi, secara damai melalui jalan parlementer dan atas dasar hak-pilih umum (universal franchise). Karen begitu menyimpang dari konsep mengenai perlunya revolusi, maka ia disebut Revisionis. Aliran Bernstein ini sangat mempengaruhi perkembangan partai-partai sosialis demokrat (democratic sicialists)  yang alam abad ke-20 di beberapa negara seperti Swedia dan Inggris berhasil menguasai pemerintahan melalui jalan parlementer. Seorang pengikut lain yang terkenal ialah Karl Kautsky (1854-1938). Kautsky tergolong orang yang lebih orthodox dari pada Berndtein dalam menafsirkan tulisan Marx, namun oleh golongan Lenin disebut ’’ Marxis murtad ’’.

Akan tetapi dukungan yang terbesar dialami justru dalam suatu negara yang industrinya bari setengah berkembang, yaitu Rusia. Berkat kegiatan Lenin serta dibantu oleh adanya kekecewaan serta kekacauan akibat kekalahan tentara Czar dalam perang dunia I, gagasan – gagasan Marx dijadikan pola untuk membentuk masyrakar baru atas runtuhan masyrakat lama melalui suatu revolusi. Lenin berhasil mendirikan suatu negara yang mentrapkan dan meneruskan ajaran Marx. Akan tetapi untuk keperluan itu ajaran Marx yang tadinya ditujukan khususnya pada masyarakat Eropa Barat abad ke – 19 yang sudah maju industrilisasinya, perlu ditambah, diubah dan diperlengkap. Untu dapat diselenggarakan dalam masyarakat yang tingkat industrinya masih belum terlalu tinggi, dan untuk kemudian disesuaikan dengan perubahan - perubahan politik dan sosial abad ke – 20, gagasan Marx telah diberi tafsiran yang khusus – yang dinamakn Marxisme – Leninisme atau komunisme – oleh pemimpin – pimimpin Rusia seperti Lenin, Stalin, dan Khrushchev dan kawan – kawan.


Perkembangan Marxisme – Leninisme di Rusia

Leni meminpin revolusi 1917 dan mengawasi Uni Soviet sampai saat meninggalnya pada tahun 1924. Revolusi ini berhasil membentuk diktatur proletariat seperti yang dibayangkan oleh Marx. Undang – Undang dasar 1918 mencerminkan tahap pertama revolusi, yaitu memusnahkan golonagan – golongan yang dianggap penindas, seperti tuan tanah, pejabat agama, pengusaha polisi Czar dan sebagainya.

Lenin banyak sekali menulis. Karangan – karangan yang paling terkenal antara lain Apa yang harus diperbuat ( What is to bedone, 1902 ). Negara dan Revolusi ( State and Revolution, 1917 ) dan Imperialisme. Tarap tertinggi dari kapitalisme ( Impereliasm, the Highest Stage Of Capitalism, 1916 ). Beberapa gagasan Lenin ialah : pertama,melihat pentingnya peranan kaum tani dalam menyelenggarakan revolusi ( Marx hanya melihat peranan kaum buruh ); kedua, melihat peranan suatu politik yang militant yang terdiri dari ’’ propesional revolutionaries ’’ untuk memimpin kaum proletar ( Marx berpendapat bahwa kaum proletar akan bangkit sendiri ) dan merumuskan cara – cara merebut kekuasaan ; kettiga, melhat imperialisme sebagai gejala yang memperpanjang hidup kapitalisme ( Marx berpendapan bahwa kapitalisme pada puncak perkembangannya akan menemui ajalnya dan diganti oleh komunisme ), sehingga ia sampai saat itu belum mati. Lenin juga mengintrodusir ostilah ’’ sosialisme ’’ untuk masa yang oleh Marx disebut ’’ tahap pertama masyarakat komunis ’’.

Stlin memimpin Uni Soviet dengan tangan besi dari 1924 sampai 1953, dan melebihi Lenin dalam menonjolkan sifat menindas dari rezimnya. Pada tahun 1936 undang – undang dasar lama diganti oleh undang – undang dasar baru yang secara formil menetapkan tercapainya sosialisme dan berakhirnya tahap pertama dari revolusi. Dengan dmikian secara resmi dimulai tahap kedua, yaitu menyelenggarakan transformasi mayarakat ke arah masyarakat komunis.

Karangan – karangan Stalin yang terkenal ialah dasar – dasar Leninisme ( Foundations of leninism 1924 ) dan problema – problema Leninisme ( Problems of Leninism, 1926 ). Salag satu gagasan Stalin yang menyimpang dari gagasan Marx mengenai revolusi ialah bahwa komunisme dapat diselenggarakan disatu negara dulu (” Socialisme in one country ” ), yaitudi Uni Soviet. Gagasan dengan gigih ditentang oleh Trotzky yang berpendapat bahwa revolusi harus berjalan terus – menerus ( permanent revolution ) dan diseluruh dunia ( wold revolution ).

Khushchev berhasil menguasai Uni Soviet sebagai hasil dan suatu proses perebutan kekuasaan di anatara pemimpin – pemimpin keras. Selanjutnya Khrushchev melancarkan gerakan de – stalinisasi melalui kongres partai komunis Uni Soviet yang ke – 20 yang di adakan pada tahun 1956. dalam proses ini Stalin dikecam karena kesalahan – kesalahan yang dianggap merugikan rakyat Uni Soviet dan karena mengembangka  kultus individu. Doktrin Marxisme Leninisme ditinjau kembali dalam rangka perkembangan – perkembangan baru yang telah terjadi sesudah perang Dunia II baik didalam negeri ( timbulnya suatu generasi baru yang terdiri manager usahawan, cendikiawan ) maupun diluar negeri ( penemuan bom nuklir ). Dalam hubungan ini perlu di perhatikan program partai komunis yang disahkan oleh Kongres ke – 22 pada tahun 1961, yang banyak memuat pemikiran baru.

Khrushchev mencetuskan beberapa gagasan yang secara fundamentil menyimpang ari ajaran asli Marx dan kebijaksanaan Stalin. Pertama dia mengemukakan bahwa perang dapat dihindarkan dan bukan lagi ’’ tak terelakkan ’’ ; kedua, membuka kemungkinan untuk hidup berdampingan dengan negara – negara yang berlainan sistim sosialnya ( peaceful co – existence ).

Proses liberalisasi yang di akibatkan oleh gerakan de – stalinisasi itu mempunyai pengaruh besar atas negara – negara komunis lainnya. Pimpinan moskow yang semasa hidup Stalin di taati sepenuhnya oleh negara – negara komunis lainnya, terutama di Eropa Timur, mulai kendor dan timbul gagasan mengenai polycentrisme, yakni bahwa pusat komunisme tidak lagi terbatas pada suatu tempat saja ( yaitu di mokow ), tetapi terdapat di berbagai pusat ( yaitu dinegara komunis masing – masing ). Supremasi Uni Soviet terhadap negara – negara komunis lainnya sudah berkurang dan ditantang terutama oleh Mao Tse Tung yang menganggap dirinya penafsir yangpaling murni mengenai ajaran Marxnisme Leninisme. Gagasan – gagasan Khrushchev dinamakan olehnya Neo – Revisionisme.

Khrushchev dalam tahun 1964 disingkirkan dan proses destslinisasi ihentikan, dalam waktu akhir – akhir ini Stalin lambat laun dikembalikan pada kedudukan yang lebih terhormat, sekali pun gagasan – gagasan Khrushchev lainnya banyak yang tepat berlaku.



Panangan mengenai Negara dan Demokrasi


Golongan komunis selalu bersikap ambivalent terhadap negara. Marx, yang dimana – mana dihadapkan dengan aparatur kenegara yang di anggap menghalangi cita – citanya, berpendapat negatif terhdap negera. Dianggap sebagai sesuatu alat pemaksa ( instrumen of coercion ) yang akhirnya akan melenyap sendiri dengan muculnya masyarakat komunis. Kara Marx dan Engels : ’’ negara tak lain tak bukan hanyalah mesin yang dipakai oleh satu kelas untuk menindas kelas lain ’’. ( The state is nithing but a machine for the oppresion of one class by another ). Dan dikatakan selanjutnya bahwa negara hanya merupakan suatu lembaga transisi yang dipakai dalam perjuangan untuk menindas lawan – lawan dengan kekerasan. ’’ selama kaum proletar masih memakai negara, mereka tidak memakainya untuk memperjuangkan kebebasan tetapi untuk unutk menindas lawan – lawan, dan pada suatu tercapainya kebebasan negara melenyap ’’ ( As long as the proletariat still needs the state, it needs it not is the intrests of freeddom but for the purpose of crusing its antagonists ; and aa soon asit bekomes possible to speak of preedom, then the state, as such, ceases to exist ).3 negagara akhirnya akan lenyap pada saat komunisme tercapai karena tidak ada lagi yang ditindas.

Lenin mendukung sepenuhnya dua gagasan Marx itu. Makahan dianggap bahwa diktatur kaum proletar, yang merupakan transisi masyarakat kapitalis ke masyarakat komunis, merupakan negara dalam arti kataitu pula. Diktaka bahwa diktatur poleteriat merupakan ”organisasi pelopor dari orang-orang yang ditindas, sebagai kelas penguasa untuk menghancurkan kaum penindas” (the organization of the opperessors).4 gagasan ini tercermin dalam Undang-Undang Dasar Uni Soviet 1918.

Demokrasi pada tahap ini, menurut Lenin, bersifat ”demokrasi utuk mayoritas dari rakyat penghisap dan penindas, dengan jaln menyingkirkan mereka dari demokrasi” (democracy for the vast majority of the people and suppression by force, i.e. exclusion from democracy, of the exploters and oppressors of the people).5 menurut Lenin demokrasi ini sudah merupakan perbaikan terhadap demokrasi burjuasi yang menurut Lenin merupakan demokrasi untuk minoritas terhadap mayoritas yang tidak mempunyai hak demokratis. Terhadap kecaman bahwa diktatur  dan demokrasi pada hakikatnya bertentangan satu sama lain, Lenin menandaskan bahwa ditatur dan demokrasi merupakan dua muka dari lencana yang sama (two sides of one medal). Mengapa melenyapkan negara dengan tercapainya komonisme dikatakn oleh Lenin bahwa negara akan melenyap sama sekali manakalaq masyarakat menerim a prinsip bahwa ” setiap orang bekerja menurut kesanggupannya, setiap orang menerima menurut kebutuhannya” (from each according to his ability, to each according to his needs).

Akan tetapi pemimpin-pemimpin pengganti Lenin menggangap perlu untuk merubah dan menambah kedua gagasan ini, oleh karena dihadapkan dengan kenyataan bahwa komonisme di Uni Soviet pada suatu ketika mungkin akan tercapai, pada saat mama timbul permasalahan apakah dengan demikian Uni Soviet akan melenyap sebagai negara. Oleh Stalin dan Khrushchev diusahakan untuk menangguhkan saat itu. Maka oleh Stalin dikemukakan dua syarat untuk melenyapkan negara, yaitu syarat intren ( yang telah dikemukakan oleh Marx dan Lenin) bahwa sistem ekonomi harus berdasarkan prinsip ekonomi ”distribusi menurut kebutuhan”,  ditambah dengan syarat ekstren (gagasan baru dari Stalin) bahwa pengepungan oleh negara-negara kapitalis ( capitalist encirclemen) harus berakhir dan sosialisme menang diseluruh dunia. Dengan tanmah syarat ekstren ini Stalin mengharapkan dapat menunda saat melenyapnya negara Uni Soviet.

Khrushchev merasa lebih terdesak lagi oleh karena telah menanggalkan konsep bahwa perang tidak terelakkan lagi dan menggantinya dengan gagasan mengenai peaceful co-existence. Maka dari itu ia secara formil tetap mempertahankan  gagasan bahwa negara akan melenyap, sewkalipun saat kapan hal ini akan terjadi tetap dinyatakan sebagai masa depan yang masih jauh. Dinyatakan bahwa bentuk negara Uni Soviet sudah berkembang sedemikian rupa sehingga keharusan untuk melenyap sudah bertambah kecil. Dikatakan olehnya bahwa negara merupakan ”negara dari seluruh rakyat” (state of the whole people) di mana hanya ada dua golongan yang bersahabat. Denga demikian tidak ada lagi kelas-kelas sosial antogonistis dan karena itu tidak perlu lagi ada paksaan. Menurut Program Prtai yang diterima dalam kongres ke-22 tahun 1961: ”Demokrasi proletar makin lama makin menjadi demokrasi sosialis dari rakyat seluruhnya.”

 Perumusan Khrushchev  ini jauh menyimpang dari gagasan golongan lain. Secara formil kekerasan memang sudah dikesampigkan, akan tetapi dalam kenyataan,oposisi dan kritik tetap ditindak dengan kekerasan.

 Komunikasi tidak hanya merupakan sistem politik,tetapi juga mencerninkan suatu gaya hidup yang berdasarkan nilai-nilai tertrntu.

           1.Gagasan monisme (sebagian lawan dari pluralisme). Gagasan ini menolak adanya golongan-golongan di dalam masyarakat sebab diaggap bahwa setiap golongan yang berlainan aliran pikirannya merupakan perpecahan. Akibat dari gagasan ini ialah bahwa persatuan mau dipaksakan dan oposisi ditindas.

           2. Soviet Tertinggi secara formil memegang semua kekuasaan yaitu legilatif, eksekutif  dan yudikatif , sebab marxisme-Leninisme menolak gagasan trias politica. (Bentuk pemerintahan ini sering disebut assembly government). Tetapi dalam kenyataan badan ini tidak dapat menyelenggarakan kekuasan itu karena setiap tahun hanya bersidang beberapa hari. Keputusan diambil dengan ”aklamasi” sehingga anggota Soviet Tertinggi memberi keputusan hanya merupakan ”yes- man” belaka. Wewenang membuat keputusan yang sebenarnya berada di tangan partai Komunis yang merangkap menjadi anggota kabinet dan presidium Soviet Tertinggi. Soviet Tertinggi merupakan forum untuk menyebarkan dan mempopulerkan kebijaksanaan pemerintah, dan memberikan kesan kepada rakyatbahwa ia berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Tujuannya bukan untuk mengontrol perintah.

            3. Pemilihan umum dewasa ini bersifat rahasia tetapi tidak ada kemerdekaan politik dan pencalonan didasarkan atas sistem calon tunggal untuk setiap kursi, calon mana ditetapkan oleh partai Komunis . Pemilihan umum tidak merupakan sarana untuk memilih pememilih pemimpin baru seperti di negara demokratis, tetapi merupakan alat propaganda untuk menunjukkan betapa luasnya dukungan rakyat pada pemerintah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar